Museum adalah lembaga yang mempunyai peranan strategis dalam melestarikan dan mengkomunikasikan sumber daya budaya yang sangat beragam. Museum juga mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas masyarakat, antara lain dalam bentuk pembelajaran, pelayanan, informasi dan penyediaan tempat rekreasi yang edukatif.Museum adalah lembaga tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda material hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa (sesuai dengan PP RI No. 19/1995 dan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI omor KM.33/PL.203/MKP/2004).Hingga saat ini diseluruh wilayah Indonesia terdapat sekitar 268 museum, baik yang dikelola oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, maupun yang dikelola oleh lembaga swasta maupun perseorangan.Pekalongan adalah sebuat kota yang terletak di pesisir pantai utara Pulau Jawa dengan mata pencaharian sebagai nelayan pada sektor perikanan dan sebagai buruh pada sektor kerajinan khususnya pembatikan.
Pendirian Museum Batik di Kota Pekalongan
Sampai saat ini belum ada catatan resmi sejarah batik, tapi setidaknya sejarah batik Indonesia tidak dapat dilepaskan dari tiga rangkaian sejarah yang pada dasarnya merupakan jiwa batik Indonesia, yaitu bisa dilihat dari motifnya, dilihat dari asal usul batik itu sendiri dan menelusur secara lebih mendalam mengenai istilah batik.Menurut Konsesus Nasional 12 Maret 1996 batik digolongkan sebagai salah satu karya seni dan dapat dikategorikan menjadi 5 (lima) golongan besar yaitu batik tulis, batik cap, batik kombinasi, batik modern dan batik bordir (Marsam Kardi).Sejak abad XIV-XVI Kota Pekalongan telah dikenal batiknya dan membatik merupakan salah satu pokok penghidupan sebagian besar masyarakat Pekalongan yang menghasilkan beragam corak batik menginginkan berdirinya museum batik sebagai sarana penunjang kota. Tanggal 12 Juli 1972 perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah cq. Kepala Bidang Permuseuman didukung oleh Walikota ke 10 (sepuluh) Drs. R. Soepomo mendirikan Museum Batik di Pekalongan yang terletak di tengah Kota Pekalongan diujung jalan sebelah selatan kawasan Taman Hiburan Rakyat (THR) Gedung Bintang Merdeka yang sekarang dikawasan Pos Penjagaan Polisi (Posis) Jalan Resimen XVIII.
LOKASI BEKAS GEDUNG MUSEUM BATIK PEKALONGANMuseum Batik dengan luas 40 m2 dan bangunan yang sangat sederhana memamerkan 60 koleksi batik dengan penataan apa adanya. Antara lain wayang beber dari kain batik yang berusia ratusan tahun serta alat tenun tradisional ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) maupun peralatan untuk proses membuat batik dan dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P & K) Kota Pekalongan.Kondisi museum batik yang sangat sederhana berakibat hilangnya beberapa koleksi batik maka pada tahun 1990 Bapak H. Djoko Prawoto (Walikota ke 11) mengambil langkah dengan melakukan pembenahan dengan memindahkan museum batik pada kawasan perkantoran baru Pemerintah Daerah Kota Pekalongan yang beralamat di Jalan Majapahit No. 7A.Untuk melestarikan batik, pemerintah menetapkan sesanti kota yaitu “BATIK” yang mempunyai arti Bersih, Aman, Tertib, Indah dan Komunikatif dengan harapan masyarakat Pekalongan akan selalu mengingat dan melaksanakan sesanti tersebut demi kemajuan Kota Pekalongan.Bangunan museum batik didirikan dengan arsitektur joglo dan penataan yang lebih baik. Luas dan bentuk bangunan tersebut belum mencerminkan sebuah museum batik maka pada tahun 1988 pengelolaannya dialihkan kepada Kantor Pariwisata Kota Pekalongan dengan harapan dapat dikelola dengan lebih profesional.GEDUNG MUSEUM BATIK SETELAH DIPINDAHKANSejalan dengan perkembangan industri batik yang mengalami pasang surut bahkan sempat mengalami keadaan yang sangat sulit akibat dari goncangan krisis ekonomi, tetapi masyarakat Kota Pekalongan tetap gigih berjuang tanpa menyerah.Pada tahun 2003 kegiatan pembatikan mulai bangkit bergairah dan situasi tersebut ditangkap oleh pelaku pengusaha di Pekalongan dengan membuat Pasar Grosir Batik Setono sebagai pionir dan mampu menjadikan ikon tempat belanja batik yang baik dan murah seperti Pasar Pagi di Jakarta.Masyarakat pencinta Batik Pekalongan membentuk Paguyuban Pencinta Baik Pekalongan (PPBP) yang diketuai oleh Hj. Fatchiyah A Kadir mengadakan gelar Festival Batik diadakan pada tahun 2003 dan 2005 didukung oleh Yayasan Batik Indonesia (YBI) yang diketuai oleh Ny. Yultin Ginanjar Kartasasmita serta tokoh batik lainnya termasuk Iwan Tirta, Paguyuban Berkah Pimpinan Iman Sucipto Umar, Pemerintah Kota Pekalongan, Kadin Indonesia, Kadin Provinsi Jawa Tengah, Kadin Kota Pekalongan, Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI), Politeknik Pusmanu, SMK Negeri I Pekalongan dan Harian Suara Merdeka.Gema Kota Pekalongan sebagai ”Kota Batik” semakin meluas, Walikota Pekalongan yang ke 12 yaitu Drs. H. Samsudiat, MM memberikan dukungan penuh terhadap pembatikan dan mengusulkan agar Pekalongan membatik dunia. Hal ini dapat kita lihat bersama bahwa batik telah digunakan oleh Nelson Mandela, Presiden George Bush dan tokoh dunia lainnya pada event kemanusiaan dan pertemuan di Asia.Dari Seminar Festival Batik dengan tema “Jejak Telusur dan Pengembangan Batik Pekalongan” dihasilkan dan diusulkan antara lain melestarikan nilai sejarah dan budaya yang telah dikembangkan dalam kegiatan usaha batik dengan upaya pendirian Museum Batik bertaraf internasional yang akan dicapai secara bertahap.Sesuai dengan pengertian dan kesepakatan para ahli bahwa :
§ Sebuah museum adalah gedung yang melambangkan “modern thinking” dan didirikan setelah “scientific thinking” dimulai yang didesain untuk memberikan informasi, memperluas cakrawala pengetahuan untuk suatu hal yang sifatnya spesifik atau umum.
§ Sebuah museum :
a) Sebagai pusat data dan informasi mengenai ruang cakup museum, dalam hal ini Batik
b) Sebagai pusat riset dan pengembangan ilmu, pengembangan “design” (Batik), perpustakaan dan sebagai acuan dalam seluruh hal-hal perbatikan.
c) Untuk mengkoleksi batik klasik, batik lawasan dan batik kontemporer.Museum Batik yang ada belum memenuhi kriteria museum sesuai dengan standar permuseuman. Maka pihak-pihak yang terkait melakukan tindakan dengan berkoordinasi dan melakukan langkah-langkah yang diperlukan.Pada tahun 2005 Kota Pekalongan sedang mempersiapkan Pilkada untuk memilih Walikota Pekalongan yang baru, maka keinginan untuk segera mewujudkan berdirinya museum secara profesional terpaksa ditunda sampai terpilihnya Walikota yang baru.Dengan terpilihnya dr. Mohamad Basyir Ahmad dan H. Abu Almafachir sebagai Walikota dan Wakil Walikota Pekalongan pendekatan pun dilakukan kembali. Gayung bersambut Walikota yang baru begitu bersemangat dan sangat antusias untuk segera mewujudkannya. Sebagai salah satu tanggung jawab Pemerintah Kota Pekalongan didukung oleh perorangan, perusahaan, gabungan pengusaha, lembaga pemerintah dan perguruan tinggi membangun suatu museum batik yang bertujuan untuk :
§ Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
§ Memajukan seni dan budaya
§ Mendukung tumbuhnya industri dan usaha perbatikan “Indonesia Membatik Dunia”
Museum Batik diarahkan sebagai satu-satunya Museum Batik berskala Nasional didirikan oleh Lembaga Museum Batik yang melibatkan :
§ Pemerintah Kota Pekalongan
§ Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
§ Paguyuban Pencinta Batik Pekalongan
§ Paguyuban Berkah
§ Pengusaha/Wadah dunia usaha
§ Lembaga pendidikan dan lembaga litbang
§ Pakar dan Pencinta Batik
Dengan sponsor utama :
§ Wastaprema
§ Dewan Kerajinan Nasional
§ Gabungan Koperasi Batik
Didukung oleh :
§ Kantor Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat
§ Departemen Perindustrian
§ Departemen Perdagangan
§ Departemen Pariwisata dan Kebudayaan
Untuk menyatukan dunia science, teknologi dan seni / budaya dengan dunia maya diharapkan Museum Batik mempunyai 2 (dua) jendela yaitu Jendela Kebudayaan dan Jendela Ekonomi.
Beberapa alasan dipilihnya Kota Pekalongan sebagai tempat berdirinya Museum Batik antara lain :
§ Sejak tahun 1830 (Abad XVIII) Kota Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian pada kegiatan yang terkait dengan batik.
§ Lebih dari 70% batik yang beredar di pasar, baik domestik maupun internasional berasal dari Pekalongan. Dalam hal ini para pengrajin batik di Pekalongan sering mendapatkan order yang bersifat makloon dari kota-kota lainnya di Indonesia seperti Yogyakarta, Solo, Bali dan lain – lain.
§ Setiap malam (per hari) tidak kurang dari 200 bal batik keluar dari Kota Pekalongan untuk didistribusikan / dipasarkan ketempat lainnya. Harga 1 bal batik sekitar Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah), jadi tidak kurang Rp 12.000.000.000,- (dua belas milyar) per bulan dengan kata lain perputaran ekonomi di Kota Pekalongan cukup tinggi dan memberi pengaruh terhadap geliat dan pertumbuhan industri batik nasional.
Proses untuk merealisasi berdiri dan siap beroperasinya dengan segera Museum Batik diawali dengan menyelenggarakan pertemuan Forum Bisnis ”Orang Pekalongan” ( OPEK ) yang diadakan pada tanggal 29 Desember 2005 di Hotel Atlet Century – Senayan Jakarta. Dalam kesempatan itu, Adi Sasono selaku Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia ( Dekopin ) menawarkan kepada Bapak Walikota Pekalongan apakah Kota Pekalongan siap untuk diusulkan sebagai lokasi Peringatan Hari Koperasi Tingkat Nasional ke-59 pada bulan Juli 2006, untuk itu akan dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia guna membuka acara tersebut. Bapak Walikota menyambut dan menerima tawaran tersebut dan Kota Pekalongan ditetapkan sebagai lokasi Peringatan Hari Koperasi Tingkat Nasional ke-59 Tahun 2006.Pembahasan secara detail dan intensif terus dilakukan. Iman Sucipto Umar selaku Ketua Yayasan Kadin Indonesia mengkonsultasikan kepada Menteri Perindustrian Bapak Fahmi Idris yang mendukung upaya pendirian Museum Batik. Dengan gigih dan bersemangat melakukan konsultasi ke berbagai Kementerian seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata serta Bappenas untuk mendukung pendanaannya serta Menteri Koordinasi Kesejahteraan Masyarakat hingga pembahasan tentang lembaga pengelola Museum batik yang hasilnya disetujui oleh Kadin indonesia bahwa Lembaga Museum batik berada di bawah Yayasan kadin indonesia. LEMBAGA MUSEUM BATIKAkhirnya pada tanggal 23 mei 2006 dilakukan penandatanganan MoU antara Yayasan Kadin Indonesia dengan Pemerintah Kota Pekalongan.Melalui kajian yang matang, koordinasi yang tiada henti terbentuklah Lembaga Museum Batik dengan melibatkan Pemerintah Kota pekalongan, Yayasan Kadin indonesia, Yayasan Batik Indonesia, Paguyuban Berkah, Yayasan Kadinda Kota Pekalongan, Paguyuban Pecinta Batik Pekalongan serta dukungan dari masyarakat pembatik, bahkan pakar batik Asmoro Damais bersedia menjadi kurator museum. Untuk mewujudkan Museum Batik maka tim merapatkan barisan dan membagi tugas agar dapat terwujud Museum Batik sesuai dengan waktu yang ditentukan yaitu mempersiapkan gedung yang akan dijadikan Museum Batik, mempersiapkan koleksi yang akan dipamerkan, mempersiapkan sarana yang akan digunakan untuk memperagakan pameran dan lembaga pengelola Museum Batik.
A. Persiapan Gedung Museum Batik
GEDUNG BALAIKOTA LAMADalam waktu yang relatif singkat, semua bergerak dengan cepat untuk mewujudkan sebuah gedung yang layak sebagai museum batik. Ada dua alternatif pilihan yaitu Gedung Rumah Dinas Bakorwil III Jawa Tengah terletak di jalan Diponegoro no. 1, dengan pertimbangan gedung yang dibangun pada abad 18 itu mempunyai nilai sejarah dengan model arsitektur ”gotik” dan masih 80 % bangunan tersebut utuh interiornya. RENOVASI GEDUNG EKS BALAIKOTAGedung tersebut merupakan Rumah Dinas Kepala Bakorwil III Jawa Tengah yang tidak dipergunakan lagi sebagai rumash dinas. Karena asset tersebut milik Pemerintah Propinsi Jawa Tengah yang memerlukan proses panjang dalam mengurus administrasinya kepada Gubernur. Surat permohonan Walikota Pekalongan yang diajukan kepada Gubernur untuk dapat dipergunakan sebagai lokasi museum batik ternyata ditolak oleh Gubernur, karena pada lokasi tersebut akan dipergunakan menjadi hotel.Sementara waktu yang makin mendesak alternatif kedua bahwa museum batik menempati gedung bekas Kantor Walikota lama yang letaknya di jalan Jetayu no. 1 Pekalongan.
RENOVASI TAMANGedung tersebut mempunyai nilai sejarah dimana merupakan peninggalan VOC Kolonial Belanda atau dahulu dikenal dengan ”City Hall” yang berusia sangat tua. Bahkan ditahun 1906 pada masa pemerintahan VOC telah digunakan sebagai kantor keuangan untuk mengontrol kegiatan tujuh pabrik gula disepanjang Pantura Karesidenan Pekalongan. Disisi lain bangunan tersebut dikelilingi oleh bangunan – bangunan kuno seperti Gedung Rumah Jabatan Bakorlin III, Kantor Pos, Lembaga Pemasyarakatan, Gereja serta Sungai Loji yang semuanya sebagai peninggalan zaman Belanda.
GEDUNG MUSEUM BATIK INDONESIAKantor Balai Kota Madya Pekalongan dahulu digunakan untuk Kantor Badan Perencanaan Pembangunan ( Bappeda ) setelah Kantor Sekretariat yang baru selesai dibangun dan selanjutnya digunakan untuk Kantor Pendapatan Daerah ( Dipenda ) Kota Pekalongan. Yang akhirnya diputuskan bahwa gedung dengan luas 600m2 yang masih menunjukkan keaslian arsitekturnya tersebut direnovasi, ditata secara representatif dan profesional dengan konsep standar museum.
B. Persiapan Koleksi dan Sarana Prasarana Peragaan.
Dengan waktu yang terbatas dan melihat lokasi ruang – ruang pamer, maka dibuatlah desain interior yang akan digunakan untuk peragaan pada Museum Batik. Tokoh – tokoh batik dari Pekalongan yang dimotori oleh dr. H.M. Basyir Ahmad bersama – sama dengan Paguyuban Berkah, Yayasan Batik Indonesia, Paguyuban Pecinta Batik serta pakar batik mulai mengumpulkan batik dengan memohon kepada pecinta batik agar bersedia memberikan batik untuk dapat dipamerkan dan dimiliki oleh Museum Batik yang diharapkan dapat mencerminkan koleksi Batik Nusantara dari Sabang sampai Merauke.PERSIAPAN RUANG PAMERDan betapa tersentuhnya hati para kolektor sehingga sampai pada batas yang telah ditentukan telah terkumpul kurang lebih 600 kain batik dimana batik yang tertua adalah kain batik dari Pekalongan dengan usia lebih dari 100 tahun.Dengan suka rela para kolektor berpartisipasi menyumbang koleksi batiknya yang berusia tua dan langka seperti Ibu Minarsih Soedarpo, Grazeila.B.Rapjanidewi, Ghea Panggabean, Nian Djoemena, Syarifah Nawawi, Grizelda A Loemana, RA Soejatoen Damais, Roos Roesmali, Tumbu Ramelan, Maria Moerad, dll serta dari Pekalongan Fatchiyah A Kadir, Afif Sakur, Dudung Alisyahbana, Romi Oktabirawa, Faturachman, Batik SIS, Batik Ratna dan sebagainya, dan tokoh pembatik lainnya.Paguyuban Berkah melalui Iman Sucipto Umar melakukan hal yang sama. Melalui Yayasan Kadin Indonesia , beliau meminta kepada seluruh Kadin Provinsi untuk dapat menyumbangkan koleksi batik dari masing-masing daerah.
C. Peresmian Museum Batik
Setelah melalui berbagai rapat dan diskusi yang dilakukan secara intensif , akhirnya disepakati Museum yang akan didirikan tersebut , akan dikelola oleh suatu Lembaga tersendiri berada dibawah Yayasan Kadin Indonesia. Lembaga tersebut yakni Lembaga Museum Batik sedangkan Museum itu diberi nama Museum Batik.Keberadaan Lembaga Museum Batik selanjutnya diumumkan kepada masyarakat luas pada tanggal 30 Mei 2006 , dengan susunan sebagai pelindung yakni Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan Ketua Yayasan Batik Indonesia. Penasehat adalah Menteri Perindustrian , Menteri Perdagangan , Ketua Umum Kadin Indonesia dan Ketua Paguyuban Pecinta Batik Pekalongan. Sedangkan Ketua Lembaga Yayasan Museum diketuai oleh Walikota Pekalongan ( eks Officio ).
PERESMIAN MUSEUM BATIKMelalui dedikasi dan semangat yang kuat maka dalam waktu kurang dari 3 bulan pendirian museum bisa diselesaikan meski masih perlu diadakan perbaikan. Tepat pada hari Rabu 12 Juli 2006 jam 15.40 WIB Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkenan meresmikan Museum Batik yang didampingi oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono bersama rombongan Menteri Kabinet Indonesia Bersatu dan tamu-tamu negara sahabat serta pecinta maupun pemerhati Batik. Para pengunjung serta Presiden cukup kagum melihat Museum Batik ini.Kedatangan Presiden RI beserta rombongan sangat bersejarah bagi Kota Pekalongan , karena baru pertama kali itulah Presiden Republik Indonesia , sejak masa kemerdekaan hingga sekarang berkunjung ke Kota Pekalongan.Selain untuk ikut merayakan Hari Koperasi ke-59 yang secara nasional yang dipusatkan di Kota pekalongan , sekaligus untuk meresmikan Museum Batik yang telah lama didambakan keberadaanya oleh masyarakat Pekalongan.
VISI, MISI DAN TUJUAN
Setelah diresmikannya Museum Batik oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 12 Juli 2006 maka ditetapkan visi dan misi Museum Batik sebagai berikut :
VISI :
Terwujudnya Museum Batik di Kota Pekalongan sebagai wadah untuk menggali, melestarikan dan mengembangkan batik sebagai warisan budaya bangsa Indonesia serta pusat informasi yang perlu dikembangkan, dibina dan dipelihara keberadaannya.
MISI :
1. Mendorong masyarakat Indonesia untuk peduli terhadap keberadaan Museum Batik di kota Pekalongan sebagai wujud turut serta dalam pelestarian budaya Indonesia.
2. Mendorong minat pengusaha / perajin batik untuk terus menggali dan melestarikan motif lama dan menciptakan motif baru.
3. Melakukan kegiatan dokumentasi, penelitian dan penyajian informasi serta mengkomunikasikannya kepada masyarakat agar dapat dimanfaatkan sepenuhnya bagi kepentingan masyarakat yang lebih luas.
4. Memperluas lapangan kerja dan pemasaran.
TUJUAN :
1. Terwujudnya Museum Batik di kota Pekalongan menjadi tempat pelestarian batik sebagai warisan budaya Indonesia.
2. Terwujudnya Museum Batik sebagai tempat tujuan wisata.
3. Terwujudnya tampilan pameran batik yang informatif dan edukatif
4. Terwujudnya informasi batik yang dapat diakses oleh masyarakat.
5. Terwujudnya minat masyarakat terhadap budaya batik Indonesia.
6. Terbentuknya hubungan kerjasama dalam lingkungan internasional.
FASILITAS
§ Ruang Koleksi Batik
Museum Batik di Pekalongan memiliki fasilitas ruangan yang mampu menampung jumlah koleksi yang ada. Ruangan yang ada di Museum Batik dibagi menjadi :
- Ruang pamer I RUANG PAMER-I
- Ruang pamer II RUANG PAMER-II
- Ruang pamer IIIRUANG PEMR-IIIRUANG PAMER-III
- Ruang Iwan TirtaRUANG IWAN TIRTA
§ Ruang Perpustakaan
RUANG PERPUSTAKAANMuseum Batik di Pekalongan mewujudkan upaya untuk menjadi pusat segala informasi tentang batik, oleh karenanya sudah menjadi rencana semenjak awal untuk menyediakan perpustakaan bagi para pengunjung. Hingga bulan Maret 2008 perpustakaan Museum Batik di Pekalongan telah memiliki lebih dari 1000 buah koleksi buku yang terdiri atas buku – buku batik, pengetahuan umum, sejarah, ekonomi, sosial & kebudayaan, teknologi, dan lain sebagainya.
§ Kedai Batik
Kedai Batik ( Batik Shop ) adalah salah satu fasilitas di Museum Batik Pekalongan yang menyediakan berbagai produk komoditi batik yang dijual kepada pengunjung. Pada tahap awalnya kedai batik menampung produk – produk batik dari beberapa pengrajin batik yang ada di kota Pekalongan. Namun pada saat ini museum telah mampu memproduksi sendiri beberapa produk batik seperti selendang, taplak, syal, hiasan dinding dan post card dan lain sebagainya.
§ Workshop Batik
WAPRES MENYAKSIKAN PROSES PEMBUATAN BATIK DI WORKSHOP BATIKMerupakan suatu fasilitas yang dapat dijadikan tempat pelatihan serta praktek secara langsung oleh pengunjung. Workshop yang ada di Museum Batik kota Pekalongan juga seringkali dijadikan alternatif tempat praktek membatik bagi siswa – siswi SD hingga SLTA guna memenuhi tugas – tugas mata pelajaran muatan lokal batik yang kini diajarkan disekolah – sekolah di lingkungan kota Pekalongan. Selama tahun 2007 tercatat 12.723 pelajar melakukan kegiatan praktik membatik di workshop Museum Batik, yang terdiri dari tingkat SD sebanyak 7.956 siswa, tingkat SLTP sebanyak 3.197 siswa dan tingkat SLTA sebanyak 1.570 siswa. Umumnya mereka melakukan praktek secara kelompok diluar jam pelajaran ataupun secara langsung didampingi oleh guru pembimbing dari sekolah masing – masing.Berdasar data pengunjung yang menunjukkan makin bertambahnya pihak yang ingin mengikuti pelatihan pembatikan, maka rencana kedepannya lokasi workshop akan dikembangkan agar lebih luas dan nyaman bagi peserta pelatihan. Dilain hal, workshop Museum Batik di Kota Pekalongan kini mulai aktif memproduksi beberapa produk batik seperti selendang, taplak, syal, hiasan dinding dan post card dan lain sebagainya .
PELATIHAN SISWA SD
WISMAN MEMBATIK
§ Ruang Pertemuan
RUANG PERTEMUANRuang pertemuan dimanfaatkan untuk menyambut tamu / pengunjung museum yang hadir secara rombongan. Sebelum mengelilingi dan menyaksikan seluruh ruang koleksi yang ada, tamu – tamu tersebut akan terlebih dahulu diberikan penjelasan mengenai sejarah singkat Museum Batik di kota Pekalongan, koleksi – koleksi yang dipamerkan, tahapan dan proses batik serta penjelasan mengenai peraturan yang harus dipatuhi selama berada di dalam museum. Ruang pertemuan yang ada di Museum Batik juga kerapkali digunakan oleh dinas tertentu untuk melaksanakan suatu kegiatan. Guna terus mempromosikan Museum Batik, Walikota Pekalongan melalui kebijakannya mengarahkan kepada para tamu dari luar kota agar kegiatan kunjungan / study banding diarahkan ke Museum Batik sebagai salah satu ajang promosi.
§ Ruang Konsultasi / Pelayanan HaKI
RUANG KONSULTASI HaKIAdapun tujuan diadakannya fasilitas pelayanan HaKI adalah melindungi dan mematenkan hak cipta dari para desainer batik agar karyanya tidak ditiru oleh para pengusaha batik. HaKI sendiri merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas ( UPTD ) dibawah Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi kota Pekalongan dan merupakan salah satu fasilitas yang mendampingi keberadaan Museum Batik di kota Pekalongan. UPTD HaKI bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya para pengusaha batik dalam menyelesaikan berbagai permasalahan seperti paten usaha, hak cipta cipta desain batik dan lain sebagainya. Pelayanan konsultasi dapat dilakukan dengan mendatangi langsung kantor HaKI yang berada disalah satu sudut kompleks Museum Batik di Pekalongan atau menghubungi melalui telepon.
sumber: museumbatik.kotapekalongan.go.id
Read more...